Propaganda dan Kemajemukan Bangsa Indonesia

Kamis, 17 November 2022 12:18 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
PROPAGANDA DAN KEMAJEMUKAN BANGSA INDONESIA
Iklan

Propaganda dan Hoax menjadi musuh yang nyata bagi masyarakat Indonesia yang majemuk. Ujaran kebencian, fitnah, berita palsu Itu semua merupakan produk dari sebuah kebencian yang diproduksi untuk menciptakan sebuah perselisihan. Pahami untuk memfiltrasi setiap informasi dan sadari ialah kita sebagaimana yang tercipta dalam kemajemukan harus saling bertoleransi dan bersepaham dalam keberagaman

Propaganda dan Hoax menjadi musuh yang nyata bagi masyarakat Indonesia yang majemuk. Ujaran kebencian, fitnah, berita palsu Itu semua merupakan produk dari sebuah kebencian yang diproduksi untuk menciptakan sebuah perselisihan. Pahami untuk memfiltrasi setiap informasi dan sadari ialah kita sebagaimana yang tercipta dalam kemajemukan harus saling bertoleransi dan bersepaham dalam keberagaman

Yang harus diwanti-wanti masyarakat saat ini bukan lagi secara terang-terangan peperangan terjadi antar suku atau antar agama karena perebutan wilayah dan sebagainya. Akan tetapi adalah kita menghadapi kenyataan di era disrupsi media, tentang (information war), hoax atau perang informasi. Itu semua merupakan produk dari sebuah kebencian yang diproduksi untuk menciptakan sebuah perselisihan. Media semakin gencar mengerogoti sendi-sendi kehidupan masyarakat, segala aspek bisa menjadi persoalan ketersinggunggan dari media dengan berita hoax yang menyebar dengan dahsyatnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Terutama yang harus sadari ialah adanya adu domba atau propaganda di media, bisa politik atau ekonomi ataupun dalam bagian lainnya. Semua menjadi faktor yang begitu urgent untuk bisa menimbulkan sebuah konflik dalam masyarakat yang majemuk di Indonesia serta berkenan menganggu stabilitas dan membangkitkan potensi konflik itu ditengah masyarakat Indonesia.

Di masa ini sulit rasanya untuk bisa menghindar dari media, lewat gengaman setiap kita, akses tersebut begitu mudah untuk kita jumpai. Propaganda menjadi momok yang menakutkan bagi majemuknya bangsa Indonesia ia dapat menimbulkan banyak kesalapahaman ditengah-tengah masyarakat, menganggu tatanan dan Kelola pluralitas di negara ini. Lebih jauh dari pada itu masyarakat harus sadar bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah bangsa yang diciptakan tuhan dengan begitu majemuk, beragam agama, beragam suku, beragam kebudayaan dan beragam ras namun menyatu ditengah perbedaan tersebut. Maka hematnya masyarakat Indonesia mesti pandai dalam memfiltrasi atau memilah semua informasi tersebut agar tidak termakan oleh hoax dan propaganda lewat media.

Bangsa ini seperti kata Prof. Mahfud MD bahwa pluralisme diibaratkan Abdurahman Wahid (Gusdur) yang kita kenal sebagai bapak pluralisme, “Tinggal dalam rumah yang besar dengan banyak pintu-pintu didalamnya. Pintu-pintu tersebut setiap kamarnya di huni oleh masing-masing agama dan kepercayaan. Dalam kamar itu mereka punya aturannya sendiri, namun apabila telah keluar dari kamar tersebut dan berkumpul di ruang keluarga. Semuanya harus tunduk dan patuh dengan aturan atas kesepakatan Bersama”.

Bila kita menilik narasi tersebut maka dapat kita maknai secara eksplisit bahwa Indonesia itu dihuni oleh berbagai perbedaan namun tetap bisa Bersama dalam bingkai persatuan, selama ada aturan norma-norma yang ditegakkan Bersama selama itu pula kemajemukan itu bisa saling merangkul. Mari kita cermati narasi gusdur itu secara mendalam dan bijak, bahwa setiap kamar adalah setiap wilayah, suku, agama, ras dan kepercayaan lainnya.

Sementara ruang keluarga itu adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia, tempat dimana tumbuhnya banyak perbedaaan-perbedaan. Aturan atas kesepakatan Bersama tersebut adalah Undang-Undang Dasar 1945 dengan ideologi yang dipegang Bersama yaitu Pancasila. Ketuhan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin Oleh Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan dan Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Jika kita menarik garis lurus kemasa sekarang. Yang mesti masyarakat lawan adalah pengaruh atau propaganda yang diberikan media kepada masyarakat Indonesia yang dengan perbedaan-perbedaanya yang menjadikan potensi-potensii itu begitu tinggi. Sementara itu lebih jauh dalam perspektif agama ini kita mesti sadari bahwa tuhan memang menciptakan manusia dalam bentuk yang majemuk itu adalah bukti keberkahan tuhan bagi bangsa Indonesia. Betapa hambarnya jika manusia ini homogen, sama, setara, tidak ada perbedaan. Laksana sayur tanpa garam, siang tanpa malam, bumi tanpa hujan.

Lihatlah berapa puluh tahun yang lalu setelah melalui serangkaian diskusi apik oleh para cendekia bangsa Indonesia. bagaimana dicetuskannya Pancasila itu oleh yang kita kenal dengan sebutan “The Founding Father”. mereka para Pendiri bangsa ini telah menyadari sejak dahulu bahwa Indonesia adalah bangsa yang besar dan majemuk dengan begitu banyak ketidaksamaan didalamnya. Bukankah itu tercermin dalam Pancasila, mereka menyatukan kemajemukan tersebut dalam bingkai NKRI. Mari kita sadari bersama Itulah perebedaan yang tidak selalu diinginkan tetapi terkadang dirindukan.

Teringat perkataan seorang guru  bahwa sebagai manusia kita mesti, "terbuka atas setiap perbedaan,  dan tidak merasa paling benar", artinya kita sebagaimana yang tercipta dalam kemajemukan harus saling bertoleransi dan bersepaham dalam keberagaman” Masyarakat di Indonesia sangat beruntung karena keberagaman yang bangsa ini miliki masih dikelola dengan baik dan bijak yang karenanya menjadikan kita jauh dari konflik dan perpecahan yang tidak pernah masyarakat inginkan. Kemajemukan bangsa ini adalah keberkahan tuhan untuk Indonesia yang mesti disyukuri. Ditengah krisis identitas yang meyerang bangsa kita, maka perlu kita perkuat sikap menghargai dan saling mengasihi.

Akan tetapi sejauh mana masyarakat bisa memperkuat sikap tersebut di tengah gonjang ganjing propaganda dalam realitas media yang pengaruhnya begitu kuat saat ini. Itu semua tergantung bagaimana masyarakat Indonesia bisa mengkomparasi setiap informasi yang mereka lihat dan pahami serta menjadikannya sebagai manifestasi memperkuat sikap toleransi bagi bangsa ini. Salam hangat kepada semua kawan-kawan sebangsa dan setanah air “salam persatuan”

Dukung Penulis : 0115-01-118367-50-5 (BRI)

Bagikan Artikel Ini
img-content
Muhammad Umar Khadafi

Dosen Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam STAI Mulia Astuti Wonogiri

1 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler